PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk. Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur
etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan
kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai
suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Ada enam prinsip yang merupakan landasan penting
etika, yaitu prinsip keindahan, prinsip persamaan, prinsip kebaikan, prinsip
keadilan, prinsip kebebasan, dan prinsip kebenaran.
1. Prinsip
Keindahan.
Prinsip ini didasari pada
rasa senang terhadap keindahan, ada yang mengatakan bahwa hidup dan kehidupan
manusia itu adalah keindahan. Berdasarkan
prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan
sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan
ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2. Prinsip
Persamaan.
Pada hakikatnya, setiap
manusia yang dilahirkan kebumi masing-masing memiliki hak dan kewajiban,pada
dasarnya manusia memiliki derajat yang sama dengan manusia
lainnya. Menghendaki adanya persamaan antara manusia yang satu dengan yang lain
merupakan hakekat kemanusiaan. Sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai
bidang lainnya. Etika yang dilandasi oleh pinsip persamaan dapat menghilangkan
prilaku diskriminatif yang membeda-bedakan dalam aspek interaksi manusia.
3. Prinsip
Kebaikan.
Prinsip kebaikan
mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat-menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik,
karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Pada
umumnya kebaikan berarti sifat dari sesuatu yang mengakibatkan pujian.
4. Prinsip
Keadilan.
Keadilan adalah kemauan
yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya
mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk
bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak
orang lain.
5. Prinsip
Kebebasan.
Kebebasan dapat
diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak
sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi
manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang
lain.
Oleh karena itu, setiap
kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan
tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu
disini diartikan sebagai:
- Kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
- Kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihannya tersebut.
- Kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Karena
semakin besar kebebasan yang kita miliki semakin besar pula tanggung jawab yang
kita pikul.
6. Prinsip
Kebenaran.
Ide kebenaran sering kita pakai
dalam pembicaraan mengenai logika ilmiah,sehingga kita mengenal kriteria
kebenaran dalam berbagai ilmu. Kebenaran biasanya digunakan dalam logika
keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Tapi ada juga
kebenaran mutlak yang dapat dibuktikan dengan keyakinan. Kebenaran harus dapat
dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan
masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran
apabila belum dapat dibuktikan.
BASIS TEORI ETIKA
1. Etika
Teleologi.
Berasal dari kata
Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan, Mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Aliran etika teleologi terbagi
menjadi dua, yaitu:
- Egoisme Etis. Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
- Utilitarianisme. Berasal dari bahasa latin, yaitu utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Prinsip dasar utilitarianisme adalah :
Ø Manfaat
terbesar bagi jumlah orang terbesar diterapkan pada perbuatan.
Ø Aturan
membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.
2. Deontologi.
Istilah deontologi
berasal dari kata Yunani, yaitu deon yang berarti kewajiban. Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi
sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori
etika yang terpenting. Ada tiga prinsip yang harus di penuhi :
- Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus di jalankan berdasarkan kewajiban.
- Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung tercapainya tujuan dari tindakan itu tergantung pada kemauan baik yang mendorong sesorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tujuan tidak tercapai tindakan itu sudah dinilai baik.
- Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip tersebut, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hokum moral universal.
3. Teori
Hak.
Teori hak merupakan
suatu aspek dari teori deontology, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan
kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat
manusia dan martabat semua manusia itu sama. Dalam pemikiran moral dewasa ini
barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4. Teori
Keutamaan (Virtue).
Keutamaan bisa didefenisikan
sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia
untuk bertingkah laku baik secara moral, memandang sikap atau akhlak
seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau
murah hati dan sebagainya.
EGOISM
Kata egoisme merupakan istilah yang berasal dari
bahasa Latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno yang masih digunakan
dalam bahasa Yunani modern yang berarti diri atau saya, dan kata isme,
digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya
memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya
intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian
terhadap orang lain maupun orang banyak pada umumnya dan hanya memikirkan diri
sendiri.
Egois memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas
dari aku adalah. Kualitas pribadi mereka egotisme berarti menempatkan diri pada
inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang
dicintai atau dianggap sebagai dekat. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap
orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan
manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan
keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika
merugikan diri sendiri.
Egoisme juga merupakan motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri
sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak
peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang
dianggap sebagai teman dekat. Hal ini berkaitan erat dengan narsisme, atau
mencintai diri sendiri, dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis
tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup
berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang
lain.
Sumber
:
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://fajar-apriyanto.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-etika-prinsip-prinsip-etika.html
0 komentar:
Posting Komentar